Rabu, 30 November 2016

Day #3: My Top Three Pet Peeves

Yang ini gampang nih. Let's gooo.

Oh btw menurut wikipedia:
"pet peeve or pet aversion is a minor annoyance that an individual identifies as particularly annoying to himself, to a greater degree than others may find."

Pet peeves #1: Tukang ngaret

Jaman kuliah dulu, saya ikutan himpunan jurusan. Nggak aktif-aktif amat, tapi lumayan lah seenggaknya muka saya dikenal sama tukang jual makanan dan tukang fotokopi di sekre himpunan. Kalo disuruh nyebutin pengalaman ter ngga banget selama di himpunan, itu adalah kebiasaan ngaretnya! Mau ngumpul, ngaret. Rapat, ngaret. Bikin acara, ngaret.

Wait a minute ul, masa sih se-himpunan-eun tukang ngaret semua? Jangan asal ngomong dong, ntar dikira pencemaran nama baik loh. Haha. Ya engga beb, ga semua. Tapi. Gimana ya. Kerasanya kayak ngaret itu tolerable banget, hal yang biasa. Kayak misalnya suatu hari saya dikasitau ada rapat BP (badan pengurus) di sekre jam 8 pagi. Baiklah. Tau sendiri kan rumah saya di ujung dunia, ke kampus sejam lebih. Tapi jam 8 kurang 5 saya sampe sekre, dan? Kosong. Ngga ada orang. Ada sih yang pada nginep, masih pada ileran. Sampai akhirnya jam 9 barulah muncul cukup orang buat memulai si rapat.

Kalo kata seorang teman sih, itu strategi. Dia sudah mafhum orang-orang pasti ngaret, makanya kalo dia pengen bikin rapat yang mulainya jam X, dia tulis di undangan rapat kalo mulainya jam X-1. Tapi bukankah ini berarti justru memfasilitasi kengaretan? Ya ngga sih? Lalu orang kayak saya musti jadi korban. Udah belain dateng pagi, eh ngaret sejam. Padahal kan waktunya bisa dipake sarapan dulu, atau mandi (ups), atau sapu-sapu(?).

Pet peeves #2: Loud noise (that comes from human)

Loud itu relatif ya. Kadang kalo saya lagi butuh konsentrasi atau butuh istirahat atau lagi bad mood, suara orang ngobrol dengan volume suara normal pun bisa masuk kategori loud noise. Misal pas lagi butuh ngerjain tugas atau belajar buat UTS, trus ada orang-lab pada ngobrol, apalagi pake ketawa-ketawa. But then again, orang kroya emang volume suara nya ga nyantai, ngobrol normal pun suaranya kenceng. Pokoknya bikin emosi.

Contoh lain: suara anak kecil jerit-jerit. Apalagi kalo pas saya di kendaraan umum, terjebak kan jadinya sama sumber suara, no escape. Rasanya bikin pingin.. Ah sudahlah terlalu gore(?).

Pet peeves #3: Public display of affection (PDA)

Gimana ya. Orang kan beda-beda dalam mengekspresikan.. affection. Tapi saya ga suka aja liat PDA, entah dalam bentuk fisik maupun nonfisik(?). Geuleuh. Asa teu kudu. Haha. Tapi sebenernya yang ini gampang dihindari sih. Kalo liat muda-mudi pegang-pegang peluk-peluk cium-cium di tempat umum, ya tinggal ga usah dilihat, cari pemandangan lain. Kalo PDA nya di medsos, tinggal di hide atau kalo sering tinggal di unfollow.

***

Ya jadi begitulah tips 'n trik buat bikin saya emosi. Gampang sekali bukan? 

Selasa, 29 November 2016

Day #2: Something Someone Told Me About Myself, That I Never Forget

Ini agak butuh mikir ya, topiknya agak syusyah. 

Hmm.

Hmmmmmmm.

To be honest I'm having a hard time figuring this out. Serius, nggak kepikiran. Kok bisa ya?
Apakah:
  1. People never really tell me what they think about me. 
  2. They did tell me, but those that I already knew. Stating the obvious. Jadi nggak memorable gitu.
Kayaknya lebih ke arah yang pertama sih. Pada takut sama komandan. Huft.

Oke baiklah, kepikiran nih. Tapi jadi agak lebih spesifik topiknya jadinya:
'Some things my ex(es) told me about myself, that I never forget.'

Siap-siap. Here goes. 
(Notes: kalimat tidak 100% persis sama, harap maklum ingatan penulis tidak sempurna)

#1: "Sama kamu nggak bikin aku lebih baik, nggak di akademik maupun organisasi."

#2: "Kamu kayak ngga pernah ada inisiatif gitu."

Jengjengjeeeeng. Pantesan bubar ya. Hahaha.

Anyway. Dua kalimat di atas sepintas terlihat beda topik. Tapi sebenarnya maknanya ngga jauh berbeda! Maknanya apa emang? Yaa, menurut pemahaman saya sih, yang mau mereka bilang itu adalah saya.. ngga niat. Ngga se niat itu, untuk, apa ya, being involved in their life. Ya jadi boro-boro ngasi dampak positif ya, terlibat aja kurang minat.

Ya terus hal itu bikin saya mikir: bener ga sih saya kayak begitu? I took some time to contemplate and.. I agree.

Sorry guys, you're right. Mungkin seperti kata pepatah(?):
"If you really want it, you'll find a way. If you don't, you'll find an excuse."

Mungkin suatu hari nanti si niat itu akan muncul ya, kalo ketemu orang yang tepat. Mungkin loh ya.
Semoga. *fingers crossed* 

Senin, 28 November 2016

Day #1: 10 Things That (Really) Make Me Happy

#1: A (really) good movie

Terlalu standar ga sih? Hahaha. Tapi seriusan, nonton film yang beneran bagus (menurut standar saya sendiri, dan kadang-kadang standar IMDB) itu bener-bener bikin bahagia. Film yang kalo ditonton di bioskop bikin termenung takjub dulu beberapa saat setelah film selesai. Atau film yang kalo ditonton sendirian di kamar bikin mata bengkak dan ngabis-abisin tisu. Watching good movies allows you to escape, from, stuffs. Go on adventures. Fall in love. Frightened to death. Some movies even make you feel like you're taking a ride on an emotional roller coaster. 

Oh, same goes with (really) good books, tho.

#2: Bikin coveran

Si hobi yang satu ini sudah sekitar tiga tahunan umurnya. Awal-awal masih primitif, ngerekam se-lagu-eun dari awal sampe akhir pake recorder hape, jadi kalo ada yang salah ya ulang bikin lagi dari awal. Kemudian recorder hape dirasa sering bikin eror, jadi pindah ke recorder laptop. Selanjutnya seorang rekan memperkenalkan software recording sekaligus editing dan mixing yang gratis dan cukup menarik untuk diulik, jadi sekarang udah less primitive lah. 

Dari sisi musiknya juga awalnya berpasrah diri pada konten karaoke yang ada di youtube, atau kadang minta temen bikinin iringannya. Ya apa daya beta tak ada alat musik di sini. Tapi ternyata ada sebuah keajaiban yang bernama online sequencer. Ini versi super cupu nya, cuma semacam butiran marimas lah dibanding software-software sequencer dan music production lainnya. Tapi lumayan banget buat pemula. Hihi. Lalu dari sisi vokal mah, yang penting tolerable di kuping sendiri aja udah cukup lah, apa boleh buat ane bukan Krisdayanti.

#3: Waking up in my own bed

Antara kebangun karena suara adzan dari mesjid komplek. Atau karena berisik cuit-cuit burung yang bermarkas di pohon tepat di depan jendela kamar. Itu, pohon yang kalo kemarau sering banyak ulat bulu nya. Atau karena dada terasa berat ketindihan kucing. Atau karena wangi sarapan bikinan simbok menyelinap masuk celah pintu kamar.

#4: Kucing

Go ahead call me crazy cat lady I don't mind.

Duh. Suatu hari nanti kalo ada rejeki dan opportunity, saya pingin bisa bikin shelter buat kucing liar. Sekaligus adoption center. Aamiin.

#5: Hujan

Adeuh meuni sentimental ul.
Sentimental itu sama dengan sepuluh milimental kan ya. Yaelah garing :(

Anyway, rain does make me happy. Looove everything about it. Love the grey clouds blocking the sun. The sound of thunder. The calming noise from the pouring rain. The smell of wet soils. The feeling of walking in the rain, no raincoat, no umbrella. Kemudian besoknya masuk angin. Worth it.

#6: A good talk

You know you have a good talk when it just flows, covering a riddiculously broad range of topics, effortlessly, you don't even remember what your original topic was. Or when you're in the car and hoping you stuck in the traffic forever so the conversation won't have to end. Gampang-gampang susah sih cari rekan bicara yang klik. Klop. Kayak gembok dan kunci. Kalo udah nemu hendaknya dilestarikan supaya tidak punah.

#7: Feeling appreciated

It's all about the small things. Macam sepenggal frase 'good work' dari supervisor. Atau hasil jepretan yang diaplot ke fesbuk tetiba di-like sama temen yang jago fotografi. Atau ada yang tau-tau rikues coveran. Sepele tapi jadi mood booster!

#8: Seeing loved ones happy

Ini dia nih. Bermanfaat buat ngetes, siapa-siapa aja sih yang masuk kategori loved ones. Haha. Karena kerasa banget, kalo pas doi-doi senang, saya ikutan senang. Kalo denger kabar bahagia dari mereka, tiba-tiba kayak ada perasaan hangat di dada, yang kemudian menyebar ke mana-mana. Ya, kayak habis minum wedang jahe gitu lah. Tapi nggak kayak gitu juga sih. (lah gimana sih?)

#9: Learning something without being forced

Eh seriusan loh belajar sesuatu dengan keinginan sendiri itu bikin bahagia banget. Kalo bisa mah pengen deh immortal gitu, forever young, terus ngambil kuliah s1 berkali-kali, di beda-beda jurusan setiap kalinya. Lulus jurusan A, ambil lagi jurusan B. Lulus B, ambil jurusan C, dst. Jadi literally mahasiswa abadi. 

#10: Listening to 'The Sound of Indonesia' playlist

Whenever you listen to those, you know exactly where you're heading to: 

Home.