Kamis, 22 Oktober 2015

Biskuit

Obrolan di sebuah chat room, sedikit lewat jam pulang kerja waktu Indonesia bagian barat.

A: Enak banget Lemonia. Tipis gitu kan biskuitnya, jadi gak enek. Trus kombinasi rasa lemon dan gula pasir itu enak banget.

F: Iya, terus biar udah makan banyak gak abis-abis. Jadi pengen Lemonia. Atau Coffee Joy, yang tipis tapi versi kopi.

A: Beli gih. Haha. Enak kan emang.

F: Iya enak. Makasih loh sugestinya.

A: Biskuit favoritku, Lemonia, Oreo, AIM biskuit. Tau ga AIM biskuit yang kecil2 trus ada rasa keju sama rasa jagung.

F: OREOOOO. Da best. AIM yg mana ya. Yang plastiknya transparan?

A: (gugling, nemu gambar di gugel images, save as, attach di chat room) 

F: Woiyaa. 

A: Kalo makan itu gabisa berenti.

F: Rekomen biskuit Korea dong.

A: Ah. The snacks here taste like bad jokes.

F: AIM mecinnya banyak tapi.

A: Justru itu yang bikin enak.

F: Iya sih. Tapi habis itu harus banyak minum.

A: Oh satu lagi. Biskuit Nissin yang rasa ayam.

F: Bentar gugling dulu ga inget itu yang mana.

A: Eh aku gugling kok ga ada yah. Jangan2 bukan Nissin mereknya. Kemasannya kuning. Biskuitnya mayan tipis, bentuknya segi enam memanjang.

F: Iya ga ada. Oh. Eh tapi lupa apa mereknya. Tapi tau bentuknya.

A: Pokoknya itu. Haha. Enak juga itu. Jadi biskuitnya ada bercak2 merahnya.

F: Iya itu enak. Berkat mecin. Thanks mecin.

A: I love you mecin.

F: Mecin is da real MVP.

A: Trus ada lagi yg enak tapi bukan biskuit, agak beda genre. Genji pie. Baik yang stroberi, raisin, maupun yg orijinal yg bentuk hati. I grew up eating those.

F: Genji hati. Terus makannya selapis2. Kalo dulu aku suka biskuit Trakinas. Pernah makan ga.

A: Pernah deh. Happening juga kan dulu itu. Sekarang udah ga ada.

F: Iya yg bentuk muka. Kenapa ya. Padahal mayan. 

A: Tapi buat aku itu enek. Biskuit yg ada tengahnya yg ga enek cuma Oreo.

F: Kalo aku sebenernya tertarik sama bentuknya. Judge a biscuit by its shape. 

A: Nggg baiklah.

F: Makanya biskuit kesukaan sepanjang masa itu... Tini Wini Biti!

A: Itu juga enak. Tapi aku lebih peduli sama bentuknya sih.

F: Tini Wini Biti is love. Tini Wini Biti is life.

A: Haha. Kalo dapet yg bentuk kura2, aku makan cangkangnya dulu, baru bawahnya.

F: Haha sama. Makan nya per bagian. Cuma yg gajah yg makannya ga asik. Udah jarang ya, belinya harus ke supermarket.

A: Iya udah ga usum. Ada lagi yg enak dan udah ga ada. Canasta.

F: Namanya akrab. Bentar gugling dulu.

A: Ga ada dong di gugel. Enak banget itu parah. Tipis gitu. Trus paling seneng kalo nemu yg bumbunya tebel.

F: Mungkin ketika hilang belum zaman internet. Aku ga inget pisan bentuknya kek apa. Walau namanya kenal.

A: Bentuknya segitiga. 

F: Haha kenapa kita jadi ngomongin biskuit jadul.

Kenapa coba. Hahaha.





F is an old friend of mine. We met in Junior High. We were in the same class for a certain period of time. Not long, but enough to find out that we have several similarities. And by 'several' I mean 'at least more than one'.

Similarity #1:
We loved Josh Groban. Probably we still do. Well I still do.

Similarity #2:
We love to write. Well, though I don't do it much, recently. But I do write facebook status almost regularly, so that still counts.

Similarity #3:
Panghegar-Dipati Ukur. Actually I could take Antapani-Ciroyom directly, but sometimes taking the scenic route instead of the express way wouldn't hurt(?).

We actually never really met in person or hang out together for a very long time, but we can still, occassionally, talk about random things or even sometimes about serious matters, with zero awkwardness.

It's like riding a bike. Once you can do it, you can do it for the rest of your life. No matter how long is your hiatus.

Hey F, if you're reading this, thanks for being there! And thanks for the very stimulating conversation about biscuits!