Rabu, 27 Agustus 2014

Sekapur Sirih Tentang Photoacoustic Imaging

Tumben ngepost beginian, Ul? Mbok ben.

***

Photoacoustic imaging. Opo kuwi? Daripada bingung coba kita lihat per kata. Photo itu, berhubungan dengan cahaya. Acoustic, berhubungan dengan bunyi, atau gelombang mekanik (gelombang yang muncul akibat adanya gerakan/getaran) pada umumnya. Imaging, kata dasarnya image, gambar. Kalo digabung kurang lebih jadi gini: teknik mengambil gambar dengan bantuan cahaya dan gelombang mekanik. 

Still not helping, Ul. Oh tenang, I have plenty of time to explain this bit by bit.

Jadi sebenernya photoacoustic imaging ini adalah salah satu cara yang bisa dipake untuk mengambil gambar dari daleman tubuh kita. Jaringan-jaringannya gitu maksudnya. Cara yang lain, yang lebih duluan tenar, adalah X-ray. Tapi kali ini lupakan dulu X-ray, kapan-kapan deh dibahas juga kalo ada mood.

Mari kita singkat photoacoustic imaging menjadi PI mulai dari sekarang, atas nama kepraktisan.

PI ini, setipe dengan X-ray, tekniknya adalah dengan memancarkan gelombang elektromagnetik ke jaringan tubuh makhluk hidup. Dalam kasus PI, yang dipancarkan adalah laser. Lasernya pun nggak dipancarkan secara kontinu, tapi berupa pulse, jadi cuma sekeclap-sekeclap(?) gitu lah kira-kira. Laser itu singkatan loh, kepanjangannya "Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation". Nah, jadi intinya laser itu salah satu bentuk dari cahaya. Dari sinilah asal kata photo di PI.

Acoustic nya dari mana? Sabar, we'll get to it soon (maybe).

Laser itu cahaya, cahaya itu bentuk dari energi. Kalo dipancarkan ke jaringan tubuh, sebagian bakal diserap, dan dikonversi jadi bentuk energi lain: panas. Nah panas ini menyebabkan terjadinya "transient thermoelastic expansion" atau gampangnya pemuaian.

Intermezzo dulu tentang pemuaian. Dulu jaman SD saya pertama kali diajarin tentang pemuaian sama guru IPA merangkap wali kelas saya. Jadi waktu itu pemuaian diilustrasikan seperti ini. Bayangkan ada sekelompok orang berkumpul, anggap saja berbaris, rapat baik dengan sisi kiri kanan maupun depan belakang. Barisan ini anggaplah sebagai sebuah benda, dan orang per orang ini adalah molekul yang menyusun si benda.

Anak SD lagi baris

Kalau tiba-tiba matahari bersinar terik sekali, pasti si orang-orang dalam barisan mulai kepanasan, dan lama-kelamaan mereka nggak akan betah berada dalam barisan yang rapat kanan kiri depan belakang. Alhasil, mereka bakal bergerak menjauh satu sama lain, sehingga jarak antar orang bakal lebih gede daripada sebelumnya. Total barisan ini bakal lebih makan tempat daripada sebelum kena terik matahari. Kurang lebih beginilah, pemuaian.

Selain pemuaian, benda yang kena panas juga bakal menghasilkan gelombang ultrasonik. Masih inget pelajaran SD? Ada gelombang infrasonik, audiosonik, ultrasonik. Manusia cuma bisa denger yang audiosonik, sementara infrasonik dan ultrasonik bisa didengar oleh beberapa jenis hewan. 

Beliau bisa mendengar bunyi-bunyi yang tidak bisa didengar manusia.

Nah, darimana asal gelombang ultrasonik tadi? Kalo kita balik lagi ke ilustrasi tentang pemuaian, gelombang ultrasonik ini nampaknya muncul dari gerakan molekul benda ketika saling menjauh gara-gara kena panas. Walau nggak bisa didengar oleh manusia, gelombang ultrasonik ini termasuk gelombang bunyi. Dari sinilah asal kata acoustic di PI.

Mari kita singkat ultrasonik menjadi US mulai dari sekarang, atas nama kepraktisan. 

Gelombang US inilah yang bisa kita manfaatkan untuk mendapatkan gambar jaringan tubuh. Si gelombang US yang memancar dari jaringan tubuh yang kena laser tadi, ditangkep oleh US transducer. Opo maneh kuwi transducer? Transducer itu alat yang bisa mengkonversi sinyal dari bentuk energi yang satu ke bentuk yang lain. Kalo US transducer ya berarti dia bisa nangkep gelombang US (bunyi), kemudian mengkonversinya ke bentuk lain biar bisa diproses sampai menghasilkan informasi yang kita butuhkan: gambar jaringan tubuh.

Gimana sih kok dari gelombang US kita bisa dapetin gambar? Kita mesti agak mundur ke bagian penyerapan cahaya (laser). 

Mari kita (lagi-lagi) inget-inget pelajaran SD, atau SMP ya, lupa. Saya diajarkan tentang gimana kok kita bisa lihat warna-warna. Oke, pertama gini. Kalo ada cahaya, kita bisa dengan jelas melihat dan membedakan warna. Kalo gelap, nggak ada cahaya? Mana bisa. Berarti cahaya berperan penting. Lalu, cahaya yang kita lihat, yang kita dapatkan sehari-hari itu warnanya putih. Fun fact, putih adalah gabungan dari semua warna. Bisa dibuktiin kok. Coba bikin spinning wheel kayak yang buat roulette gitu, tapi warnai tiap slice nya dengan warna berbeda cem pelangi gitu. Terus puter. Warnanya bakalan jadi putih!



Nah, suatu benda bisa kelihatan berwarna sesuatu karena ada cahaya (putih) yang memancar ke benda itu, kemudian si benda memantulkan warna tertentu dan menyerap semua warna lainnya. Kasus ekstrem, benda berwarna hitam menyerap semua warna. Sebaliknya, benda putih memantulkan semua warna. Dari dua kasus ekstrem ini, bisa kita simpulkan kalo makin gelap (menuju hitam) warna benda, makin banyak menyerap cahaya. Sebaliknya, makin terang (menuju putih) warna benda, makin sedikit menyerap cahaya.

Sekarang kita tahu kalo penyerapan cahaya (laser) oleh jaringan tubuh dipengaruhi oleh intensitas warna, atau bahasa londo nya, intensity, atau bisa juga brightness. Daleman tubuh kita emang dasarnya warnanya merah kan ya, tapi intensitasnya beda-beda. Ada yang merah tua, merah mencrang, merah muda, dll. Bagian tubuh dengan intensitas warna berbeda menyerap energi cahaya dengan porsi yang berbeda, menghasilkan panas dengan porsi yang berbeda juga, dan akhirnya memancarkan gelombang US dengan porsi yang juga berbeda. Dari situlah, akhirnya kita bisa merekonstruksi gambar bagian dalam tubuh dari gelombang US yang beda-beda porsinya tadi.

Kalo misalnya pingin fokus ke organ atau jaringan tertentu, pingin gambarnya lebih jelas daripada bagian lainnya, kita mesti bikin si organ atau jaringan tertentu tadi berwarna kontras dibanding sekelilingnya. Hal ini bisa dilakukan dengan masukin (entah disuntikin atau gimana) contrast agent, semacem zat warna yang bisa bikin mencrang organ atau jaringan tertentu sehingga hasil imaging nya bakal lebih jelas. Atau, sebenernya haemoglobin a.k.a Hb dalam darah itu adalah contrast agent alami yang sudah cukup mumpuni. Jadi misalnya kalo mau lihat peta aliran darah pake PI, kita nggak perlu agent lagi, karena darah itu sendiri udah cukup mencrang, thanks to Mr Hb. 

Well, that's all, folks! Semoga rada bermanfaat. Saya juga nggak tahu kerasukan apaan sampe bikin postingan beginian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya! :))

Rabu, 13 Agustus 2014

Mudik (Part 3)

'Family Members'
 
I am a cat person. Saya punya tujuh kucing di rumah. Tiga dewasa, satu agak-agak remaja labil, tiga bocah. Yang dewasa, jantan satu betina dua. Yang remaja labil jantan. Yang bocah jantan satu betina dua. Yang jantan dewasa ini kucing Persia. Big boss of all feline in the house. Beliau inilah yang membuntingi(?) salah satu kucing betina di rumah sehingga menghasilkan tiga kucing bocah. Si kucing betina yang ini kucing kampung yang ditemukan adek saya dua tahun silam di selokan. Sekarang udah jadi ibu. Time flies, fast.
 
Kucing betina yang satu lagi, kucing Himalaya. Konon hasil persilangan kucing Persia dan kucing siam, menghasilkan kucing cantik berbulu panjang cem kucing Persia, tapi warnanya ikut warna kucing Siam, yang mukanya item. Kucing Himalaya yang ini kucing pertama saya. Cantik, pake banget. Kadang-kadang dia suka mampir ke kamar saya. Saya lagi tiduran main hape atau laptop atau baca komik, terus dia ambil pose sphinx di kasur, sebelah saya, ngeliatin.
 
Kesayangan
 
Atas-bawah: remaja labil, kucing betina kampung, kucing-kucing  bocah
 
Si kucing remaja, dia ini anaknya si kucing Himalaya. Kawin sama kucing kampung di komplek. Warna ikut bapaknya, bulu ikut ibunya. Waktu itu si kucing Himalaya melahirkan delapan anak sekaligus. Pada dikasih-kasihin ke sodara, disisain satu buat di rumah, ya si remaja labil ini. Mungkin karena kesepian nggak punya teman dan kurang kasih sayang orangtua di masa kecil, akhirnya dia sekarang suka nempel ke kucing betina kampung, bahkan suka main bareng kucing-kucing bocah.
 
Kucing-kucing bocah jadi bintang panggung utama. Lagi lucu-lucunya. Udah cukup gede tapi masih terus-terusan dimanja: ibunya masih mau nyusuin. Tiap dibebasin main di ruang tengah, langsung kejar-kejaran nggak karuan, manjat gorden dan teralis, nyakar-nyakar sofa, main smackdown, dan sebagainya. Kalo udah mulai capek, cari-cari ibunya, nyusu. Atau langsung tepar di sofa atau di lantai, tidur dengan pose-pose adorable.
 
Saya nggak inget gimana suasana rumah saya sebelum punya kucing. Yang jelas semenjak punya kucing, kok rasanya indeks kebahagiaan saya meningkat. Bahkan sekedar melihat kucing-kucing berserakan di lantai pas pulang ke rumah, langsung bikin ceria. Long live my cats! Sehat-sehat ya semuanya! Jangan suka main jauh-jauh dari rumah ya! *cium jauh
 
***
 
Houseworks
 
Kembali ke rumah, berarti kembali ke rutinitas membabu. Langganan saya: dapur dan cucian. Untuk cucian, thanks to teknologi bernama mesin cuci, saya nggak perlu repot ngucekin baju satu-satu. Tinggal masukin mesin cuci, tuangin sabun, nyalain, tungguin sampe kelar. Kecuali baju seragam putih yang mesti dikucek ekstra bagian kerahnya. Cucian kelar, kemudian dijemur. Rumah saya menganut sistem jemur baju indoor, jadi nggak perlu repot ngangkatin jemuran kalau tiba-tiba turun hujan. Last but not least.. setrika. Ini yang paling malesin, sumuk. Dan makan waktu. Ibu saya masang kipas angin di meja setrika untuk mengatasi problem sumuk ini. Cukup membantu.
 
Lantai dua: setrikaan world (plus dekorasi favorit babeh, reptil!)
 
Selain urusan cucian, saya membabu di urusan dapur juga. Salah satu yang saya rindukan ketika jauh dari rumah adalah dapur. Saya bukan jagoan masak, sama sekali bukan. Tapi saya suka berada di dapur. Saya enjoy masak-masakan. Mulai dari sekedar bikin indomie goreng (mie instan terenak di dunia tiada tanding tiada banding tiada duanya), sampai uji coba resep njelimet dari internet. Saya cukup expert di divisi gorengan. Saya nggak pernah takut kecipratan minyak panas. Saya bisa memperkirakan kapan gorengan harus diangkat dengan melihat warna dan tekstur luar benda yang digoreng. Senjata andalan saya, terutama untuk cumi, udang, dan tahu, adalah tepung goreng sajiku. Bisa dibeli di Griya terdekat. *promosi
 
Masih terkait dengan dapur, kebetulan lebaran lalu kami sekeluarga tidak mudik. Sesuai dengan pengalaman kami selama ini ketika Idul Adha, biasanya selepas sholat Ied tidak ada rumah makan ataupun restoran, atau bahkan warung yang buka. Akhirnya saya bilang "Bu, taun ini kita masak aja." Jadilah, untuk pertama kalinya saya dan ibu masak untuk lebaran. H-1 lebaran, keliling daerah Metro dan Margahayu, mau beli ayam, kentang, hati, dan bumbu-bumbunya. Yang menarik adalah, kami nggak bisa nemu bumbu opor! Kami sudah jelajahi hampir setiap supermarket besar dan kecil, minimarket, warung, dan tetap tidak ada hasilnya! Sold out. Namun ketika kami sudah hampir menyerah dan pulang, ternyata malah di minimarket terdekat dari rumah saya nemu bumbu opor! Itupun setelah mencari-cari di tumpukan, memilah-milah satu persatu. Pure luck.
 
Berhasil akhirnya kami bikin santapan lebaran: opor sayap, sambel goreng ati dan kentang, dan dendeng balado. Plus karak impor langsung dari Solo. Rasanya gimana? Divine, guys. Divine.
 
*** 
 


Selasa, 12 Agustus 2014

Mudik (Part 2)

The Cat and The Tiger
 
Tau lagunya mbak Raisa? Yang ini nih:
 
 
Hehe map ya malah promosi soundcloud. Jadi intinya, mudik sesingkat ini harus dimanfaatkan untuk isi bahan bakar biar cukup buat setahun. Demikian.
 
:3
***
 
My Sweet Old Campus
 
Pulang ke Bandung tanpa sowan ke kampus gajah itu kurang afdol rasanya. Jadilah, saya dan dua orang anggota geng lab radar pun janjian ketemuan di masjid Salman depan kampus. Dua orang anggota geng ini, dua-duanya perempuan. Yang satu kerja di perusahaan swasta ternama di lantai belasan The Plaza, dimana dulu saya ngelamar tapi gagal pas wawancara. Satunya lagi kerja di tempat kerja saya dulu, di bawah bos yang pernah jadi bos saya dulu. Dunia emang sempit sih ya.
 
Rasanya baru kemarin kami sama-sama nongkrong belajar atau ngerumpi bareng di musola kayu labtek lima. Atau ngantri bimbingan ke lab radar. Atau ngaso di residensi telmat sambil ngemil makaroni full MSG. Nggak kerasa. Sekarang udah pada jadi mbak-mbak kantoran, tante-tante, ibu-ibu.
 
Teman saya yang satu, yang dulunya emang udah paling fashionable seangkatan, jadi makin fashionable lagi. Udah mah paling tinggi kedua seangkatan (cewek), kemana-mana nggak lepas dari high heels pula. Saya jadi merasa kurcaci dan hilang self esteem kalo lagi jalan sebelahan. Haha. Yang satunya lagi, sekarang udah dandan. Dulu jaman mahasiswa kan palingan pake bedak doang lah ya kalo keluar rumah, at least biar nggak mengkilap mukanya. Kalo si ibu yang satu ini sudah merambah make up yang tidak sekedar bedak. Setidaknya sudah banyak bermain di mata dan alis. Alasannya, "gara-gara kata nyokap pas gw mau berangkat kantor: kamu itu lho mbak, ngantor kok mukanya kayak nggak mandi".
 
Kami bertiga hari itu keliling kampus berbekal sebuah senjata rahasia. Penemuan terbesar abad ini: tongsis. Benda ini merupakan inovasi yang sarat guna, terlebih bagi kaum yang doyan selfie sekaligus berjiwa kekeluargaan yang tinggi, sehingga lebih suka selfie bersama-sama dengan teman-teman, keluarga, atau siapa saja lah yang ada di sekitar situ. Kami foto-foto di berbagai spot menarik di seantero kampus, misalnya gerbang depan yang bunga ungunya lagi pada mekar, boulevard of broken dreams, intel, depan labtek delapan, depan lab radar, depan teknik mesin (?), dan lain-lain.
 
Boulevard
 
Gerbang depan
 
DPR
 
Depan GSG
 
Fotomodel
Setelah puas foto-foto, kami beranjak ke mall idaman semua pelajar, BIP. Hari itu ceritanya ada reuni kecil-kecilan Telkom 08 cabang Bandung (sedang berdomisili Bandung atau lagi mudik ke Bandung). Makan di D Cost, yang notabene berslogan: "rasa bintang lima, harga kaki lima", tapi sudah agak nggak tepat lantaran harga makanan di D Cost sekarang sudah melonjak drastis, padahal porsi segitu-segitu aja, atau malah makin kecil. Tapi emang ya, mangan ora mangan kumpul. Yang penting itu kumpulnya. Ketemu lagi sama muka-muka familiar. Cerita-cerita, gosip maupun fakta. Daaan akhirnya foto bareng. Fotoboks, karena asalnya mau foto studio tapi gak feasible, kebanyakan antrian.
 
Kalo orang bilang, "SMA itu masa-masa paling indah", saya kok enggak ya. Kuliah di kampus gajah adalah masa-masa paling indah. Indah? Ya, 'berwarna' kayaknya kata yang lebih tepat. Semoga saja suatu saat nanti saya bisa balik mengabdi di kampus ini lagi. Atau kalo enggak ya nyekolahin anak di sini. Atau anak saya yang mengabdi di sini. Apa aja boleh deh. Haha.
 
Aamiin.
 
***

Senin, 11 Agustus 2014

Mudik (Part 1)

Tiga minggu ke belakang saya mudik. Setelah setahun numpang guling-guling di negeri orang, akhirnya saya dapet ijin mudik. Singkat, tiga minggu kerasanya kayak satu kedipan mata. Karena masih belum move on dari suasana mudik, sekalian ditulis deh.
 
***
 
Airport
 
Saya sudah cukup sering naik pesawat, baik penerbangan domestik maupun internasional. Hanya saja, saya belum pernah benar-benar sendiri, tanpa didampingi keluarga atau bareng teman. Pada mudik kali ini untuk pertama kalinya saya terbang sendirian. Emangnya apa bedanya terbang sendiri dan terbang tapi ada temannya? Ya beda.
 
Kalau bareng keluarga, biasanya bapak dan ibuk yang pegang tiket, ngurus cek in, boarding pass, bagasi, airport tax, dan kawan-kawannya. Saya sih tinggal haha hihi, tinggal masuk pesawat. Satu-satunya pengalaman terbang nggak bareng keluarga, Oktober dua tahun lalu, ke Bali bareng teman-teman. Nggak pake cek in di bandara soalnya udah cek in di web. Nggak pake bagasi, soalnya bawa tas ransel doang. Tinggal masuk pesawat.
 
Kali ini agak sedikit beda. Soalnya sendirian. Dan yang namanya mudik, nggak sehari dua hari saja. Bawaan nggak cuma ransel. Saya bawa koper besar dan masih bawa ransel juga. Perjuangan dimulai dari narik koper sambil gendong ransel dari asrama ke stasiun subway sejauh 15 menit jalan kaki. Dari situ naik subway sampe ujuuuung, terus ganti kereta, teruuuus sampe ujung, sampe bandara. Itu juga turunnya di bangunan lain, masih mesti jalan ke bangunan utama bandara.
 
Sampai di bandara, biar aman, cek in dulu. Mondar-mandir dulu cari tempat cek in di maskapai yang benar. Kebetulan saya waktu itu naik Garuda, di bandara Incheon kalau nggak salah cek in nya di lorong H. Ngantrinya mengular, banyak juga yang mau mudik ternyata. Pas giliran saya, saya cek in sekaligus masukin barang yang ke bagasi: si koper. Setelah ditimbang cuma 17 kiloan. Pas saya bilang 'ranselnya di kabin boleh kan mbak?' Si mbak-mbaknya bilang 'coba ditimbang dulu'. Ditimbanglah si ransel. 'Nggak bisa mbak, ranselnya beratnya hampir sembilan kilo'. Buset. 'Lho emang bates maksimal berapa?' '7 kilo'. 'Kalo saya pindah-pindahin dulu sebagian ke koper boleh nggak?' 'Oh boleh'. Akhirnya setelah saya pindahin barang-barang berat di ransel ke koper, ransel saya lolos seleksi untuk dibawa ke kabin. Hura! 
 
Habis itu saya ternyata harus ke bangunan lain dari bandara, karena tempat boardingnya mesti dari sana. Saya naik semacem subway gitu, buat shuttle antara bangunan yang buat cek in dan bangunan yang deket tempat parkir pesawat. Sampai sana, ternyata pesawat saya masih agak lama boardingnya. Alhasil saya klekaran dulu di ruang tunggu. Sambil nguping mbak-mbak dan ibu-ibu pramugari (yes sir, pramugari yang udah ibu-ibu juga banyak) ngobrolin make up dan produk perawatan kecantikan lainnya, beli dimana, harganya berapa, dan sebagainya. Mereka pada duduk tepat di depan saya. Agak pusing juga lama-lama, soalnya pramugari-pramugari itu pada wangi-wangi banget!
 
Pemandangan dari jendela ruang tunggu

Eskalator yang mendatar ini namanya apa sih? :v
Selang beberapa lama, akhirnya boarding juga. Saya dapat tempat duduk di baris tengah, deket lorong (isle). Pas pesawat sudah mengudara, saya lihat kiri kanan, ternyata nggak penuh. Mungkin gara-gara waktu itu hari kerja ya, kan orang-orang banyak yang mudiknya ngepasin di akhir minggu. Waktu itu masih masuk bulan puasa, tapi kebetulan saya sedang cuti puasa. Ketika jam makan siang mbak-mbak pramugari nawarin makan siang, saya iyain aja. Makan siangnya berasa nikmat sekali, pasalnya, saya nggak sarapan, ditambah bawa koper dan ransel sendirian sampe bandara. Menunya bisa milih antara Korean atau Indonesian. Bedanya cuma di main dish nya aja sih, bulgogi atau ayam bumbu bali. I'm sick of bulgogi, akhirnya pilih ayam bumbu bali. Sebelah saya bapak-bapak, orang Indonesia, lagi puasa, wah saya rada nggak enak juga makan di sebelah dia. Tapi saya laper. Banget. Dan sayang sekali fasilitas makan gratis dari Garuda tidak dimanfaatkan. Maaf ya pak. Semoga amal ibadah puasamu dilipatgandakan.
 
Sisa perjalanan saya habiskan dengan mencoba tidur. Walau sebenarnya tidur di pesawat itu nggak ada nyaman-nyamannya. Sampai akhirnya speaker mengumandangkan 'sebentar lagi kita akan mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta', saya langsung melek. Mendadak excited. Sebentar lagi mendarat. Menginjakkan kaki lagi di tanah air. Pulang.
 
Saya langsung disambut udara panas Jakarta. Sumuk seketika. Setelah ambil bagasi, saya keluar, dan setelah cilang-cileng beberapa saat, akhirnya ketemu juga sama kanjeng mami. Dari Bandung sendirian naik primajasa jemput anak gadisnya. Habis itu kami ke KFC terdekat dulu, beli bekal, lalu naik primajasa pulang ke Bandung.
 
Sepanjang jalan saya memandang ke luar jendela bis. Jalanan macet. Baligo-baligo. Billboard iklan. Tulisan pake abjad normal, bukan hangul. Hello Jakarta, I'm here again. And I'll be home soon. Very soon. 
 
***

Kamis, 03 Juli 2014

Edisi Random: Ngabuburit Versi Saya

Hai. Kembali lagi bersama saya di edisi random. Hari ini hari ke.. *brb cek kalender* oh, ke lima puasa. Saya mulai puasa hari Minggu, walau kayaknya orang rumah sudah mulai puasa hari Sabtu. Saya kali ini ngikut jadwal puasanya Kroya saja berhubung saya lagi jadi imigran gelap di sini.
 
Ini masih sore, buka puasa masih lama, eh perut sudah krucuk-krucuk. Kalo dulu jaman kuliah sore-sore begini biar lupa sama perut yang meronta minta diisi, solusinya adalah: ngabuburit! Tapi btw, saya sudah entah sejak kapan punya kebiasaan tidak sehat untuk ngabuburit. Apakah itu? Drumroll please..
 
*drumroll*
 
Browsing ke website makanan!! Bro. Ul. Kenapa mesti website makanan sih? Haha. I just love food porn so much. And watching it when I'm hungry feels thousand times better. Walau perut makin meronta, tapi laper mata terobati.
 
 
Foto barusan adalah situs favorit saya, foodgawker. Jadi sebenarnya, si foodgawker.com ini menampilkan foto-foto makanan dari situs-situs lain. Kalo diklik salah satu foto makanannya, bakal nge-link ke situs asal foto tersebut, dimana kita bisa liat deskripsi lebih detail atau bahkan resep dan cara masaknya.
 
Yang saya suka dari situs ini adalah, oke sebenernya saya juga udah coba cari situs lain yang mirip, but this is the best food porn source for me, so far. Entah gimana caranya mereka bisa bener-bener ngumpulin foto-foto ter-oke dari berbagai situs. Dan slogannya situs ini bener-bener sesuai dan 100% akurat: "Feed your eyes".
 
Saya juga suka desain situs nya, simple tapi unyu enough. Nggak banyak basa-basi, atau kebanyakan embel-embel dan dekorasi, yang penting space yang ada dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk konten. Setiap foto makanan yang ditampilkan dilengkapi dengan dekskripsi singkat. Kita juga bisa pilih kategori kalo mau lihat jenis makanan tertentu saja. Kalo kita udah register dan login, kita bisa nge-favorite foto-foto yang menarik, kali-kali aja pengen diliat-liat lagi, atau butuh resepnya di masa depan. Haha.
 
Sekian tentang foodgawker. Alternatif lain adalah, browsing di buzzfeed.com saja. Seperti yang kita ketahui(?), situs yang satu ini sudah sering saya repost ke fesbuk gara-gara emang saya banyak nemu hal-hal menarik dari sini. Buzzfeed ini punya section khusus makanan, tinggal tambahin aja /food di URL nya. Ini jelas bukan murni food porn cem foodgawker, but close enough. Contohnya hari ini nemu postingan yang isinya sekumpulan GIF tentang pizza, ada yang pizza lagi dipotong, mozzarella nya molor-molor gitu, terus ada yang pizza lagi di panggangan, meletup-letup gitu toppingnya, dan seterusnya.
 
 
Atau, bisa juga nggak usah merujuk ke situs tertentu, browsing random aja yang lagi kepikiran apaan. Cari gambar-gambar yang menarik, donlot. Terus dipasang di postingan blog. :))
 
Mau liat contohnya? Oke. So here goes:
 
Saya barusan tiba-tiba kepikiran Nanny's Pavillon. Kok bisa? Ya nggak tau, tiba-tiba aja kepikiran. Saya inget pertama kali saya nyobain tempat makan ini di jalan Riau, Bandung. Mainly tempat ini menjagokan pancake nya, yang menurut saya yaa.. mayan lah. Favorit saya ada tiga menu. Yang pertama potato pancake. Kenapa potato pancake? Karena menu yang satu ini kayak semacam menu sarapan lengkap dan enak gitu.
 
 
What's not to love? Itu si pancake nya yang bulet besar, ditutup mozzarella, terus masih dikasih sosis plus daging asap segede-gede gaban, plus telus ceplok, plus salad. Yummy and fulfilling! Haha. Btw ini potato pancake nya kayak hash brown deh. Atau memang hash brown dan potato pancake adalah dua hal yang sama? Sama-sama kentang diancurin tapi nggak sampe lembut cem perkedel, terus digoreng.
 
Anyway, next. Favorit saya berikutnya adalah blueberry cheese pancake. Thanks to rekan saya namanya Aya, waktu itu saya makan di Nanny's pesen potato pancake yang tadi, dia beli si blueberry cheese ini. Dan kemudian ketika pesenan dia datang, saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Bagaimana tidak? Wong:
 
 
Itu pancakenya dobel, digulung gitu. Terus dikasi es krim di atasnya, diguyur saus blueberry, including blueberry benerannya. Kebayang kan, pancake yang masih anget, fresh from the oven pan, dikombinasiin sama es krim vanilla, plus saus blueberry yang (untungnya) nggak manis, melainkan asem-asem seger gimana gitu. Kalo sausnya manis nggak bakal demen deh saya. Jangan lupa ini judulnya blueberry cheese pancake, jadi si pancake nya ini rasa keju. Remember the heavenly taste of blueberry cheese cake? This is just like that, only better.
 
Next, my third favorite menu at Nanny's is.. baked baby potatoes! Saya nggak yakin apakah menu ini masih ada, perasaan terakhir makan di sana kok nggak nemu di menu, atau saya nya ada yang salah liat. Anyway, menu ini saya cobain pertama kali waktu ngedate sama rekan saya Hafsah. Jaman masih muda dan galau.
 

One simple dish. Sesuai banget sama namanya, baked baby potatoes. Wujudnya ya baby potato, kentang kecil-kecil unyu, dipanggang, dikasih potongan smoked beef. Dan saus. Sausnya ini. Ini nih. Nggak inget itu saus apaan tapi yang saya inget cuma sausnya ini enak banget. Nget. Saya inget rada sebel waktu itu karena sausnya dikasihnya kurang banyak.
 
Selain menu-menu di atas, saya udah nyobain pancake lainnya, pancake sosis, pancake apel, pancake pisang, nyobain juga baked rice nya, tapi kok nggak ada yang pas di lidah. Dan di hati. Ea. But definitely someday I will come back there to be reunited(?) with my favorites.
 
***
 
So, kids, that is the story of how.. I spend the time while waiting for buka puasa. Wish you enjoy it, happy fasting! :D
 
 

Sabtu, 26 April 2014

5 Main Reasons Why I Like Facebook-ing

If anyone ever ask me what social media I use the most, the answer will be: Facebook. In this slightly special post (because I use English again for a full post, this is the first, since, well I don't really remember since when) allow me to provide you some good reasons about why I like Facebook-ing.

ONE

Combination of fate and some decisions I made has brought me here to this Kpop land. Well I'm definitely not here for the Kpop because I really don't fancy those kind of thing. I'm here to study, just like several other fresh graduates who haven't even close to determine what they want to do with their lives, so, go to graduate school could be one thing they can use to buy some time, while trying to figure it out. 

Now, problem is, I happen to be stranded in this remote place where I'm the only one holding Indonesian nationality in a whole campus area. What? Yes, I am. For a first-timer in living abroad, I can say I'm doing pretty good with all of this. I have no language problem with study related stuffs because professors and labmates communicate in English quite nicely. Plus, although the progress is sluggish, I'm learning Korean too. However, I kinda feel this urge, a need, of speaking in my own language. Ha!

Yes I can just wait for the weekend when I finally can hang out with Indonesian acquaintances, or just go to my uncle's place at Seoul, where I can finally satisfy this urge, but, man, I can't be that patient. So Facebook is one solution. Though I don't literally speak, you know, like speaking with mouth, while chatting using Facebook, but at least I type in my own language and it feels good. 

*for this language thing, Whatsapp is another great solution.

TWO

I enjoy seeing my news feed. Recently it mostly shows how people I know, one by one, started to put their things into place. Getting what they deserve, starting a proper life, or a family. I've always seen myself as an egocentric, but this joy I feel whenever I saw photographs of my buddy's newborn baby, or my friend's photographs when he travels around the globe living his dream job, is totally genuine. Their achievements and happiness bring some kind of.. hope, for me, that if I keep going I will eventually get there too: the stage of life where I finally feel fulfilled.

THREE

Criminal Case. Thank God that hundreds of my Facebook friends play this game too. Look at those free energy, and free cards, and lots of help when I need to finish my report on a case. Candy Crush used to be my reason too, but I get bored with it. I'm stick with this one, though, Criminal Case. I think I love hidden object games better among other types of puzzle games.

FOUR

I love doing random internet surfing, and yeah sometimes I find cool stuffs. It is too selfish to not sharing cool stuffs with anyone. Apparently my labmates here are not into these kind of thing, so Facebook it is. I'm sorry people that I sometimes spam your news feed with many kinds of links, but I try my best to make sure they are worth clicking ;) 

FIVE

Facebook has always been a place to put those pictures I've taken. I'm not into photography, I don't give a damn about cameras or techniques, but I just love taking pictures. Don't wanna brag, but sometimes I get cool pictures, and again, according to point four, it feels like a sin to not sharing cool stuffs. Well since I said so, it also applies for sharing blog post and soundcloud things. Somehow I know that there are people who actually appreciate those things I created, or even enjoy or feel good because of them, and that makes me feel.. motivated. 


Okay that's all five. I'm gonna keep using Facebook until indefinite time, as long as it keeps being useful just like it does now. Hats off for Zuckerberg!

Senin, 24 Maret 2014

Ul, Kamu Tau Tentang Nikahan Pake Adat Jawa Ngga?

Seorang kawan tiba-tiba bertanya ke saya: Ul, kamu tau tentang nikahan pake adat Sunda ngga? Respon saya, secara refleks, jelas: meneketejreng! Saya orang Jawa. Setiap nikahan di keluarga saya pake adat Jawa. Kemudian pertanyaan beliau berhenti sampai di situ karena bertanya lebih jauh tentang adat Sunda ke saya adalah no hope adanya.
 
Tapi kemudian saya jadi mikir. Kalau saja si kawan bertanya: Ul, kamu tau tentang nikahan pake adat Jawa ngga? Respon saya?
 
...
 
Hening.
 
Saya sebenarnya juga tidak tahu betul tentang gimana itu nikahan adat Jawa. I  grew up with that but I just realized that all this time I never really pay attention.
 
Tapi kayaknya saya juga nggak nol-nol banget sih wawasannya, haha. Saya punya cukup banyak jam terbang jadi 'patah' di nikahan-nikahan tante dan om saya. Bagi yang ngga tau apa itu 'patah', hmm, suka liat ngga, kalo di nikahan Jawa, di kanan kiri pengantin biasanya ada dua bocah cilik, ngga selalu tapi biasanya dua-duanya cewek, dandan berkebaya bersanggul, pegang kipas. Jobdesc nya agak blur juga tapi kurang lebih ya ngipasin pengantin sama ikut senyum aja kalo difoto. 
 
Saya punya sepupu yang sebaya, cewek juga. Kami selalu dapet orderan jadi 'patah' waktu kecil. Jadi kenangan yang ada di otak saya tentang nikahan-nikahan adat Jawa nya om tante di masa-masa itu adalah: fitting kebaya, fitting selop, dandan subuh-subuh, rambut disanggul (I hated the hairspray part, I really did), dan, oh, ini nih: pake stagen! Apa itu stagen? Ehm. Jadi, buat manten dan keluarganya, baju yang dipake itu harus kebaya, buat cewek, dan beskap buat cowok. Bawahannya kain batik. Bener-bener kain. Bukan rok yang udah jadi. Ya kain aja gitu, dililitin. Terus pake stagen, which is kain juga. Agak lebih tebel, lebarnya 20 sentian, dililitin di perut. Fungsinya buat nahan si kain batik tadi biar ngga kemana-mana, cem ikat pinggang gitu. Nggak nyaman, pake stagen itu. Tapi apa boleh buat.

Selasa, 11 Maret 2014

REPOST: 100 Fakta Unik Mahasiswa ITB

Ini saya nemu dari sini:
which is doi juga repost dari sumber lainnya. Nggakpapa deh ya repost asal disebut repost darimana nya.. :3

*Yang di dalem kurung dan dimiringin itu komen dari saya pribadi

*Gambar2 di postingan ini semuanya bukan punya saya, kecuali yang foto ultah dosen pembimbing
*Mohon ampun saya nggak nyatetin sumbernya, yang merasa pemilik gambar, makasih banyak yah sudah menyemarakkan postingan ini

1. Mahasiswa ITB itu merasa membuat laporan praktikum adalah hal yang lebih menyebalkan daripada ujian (kalo buat saya mah mendingan ngerjain laporan sih daripada ujian)

2. Mahasiswa ITB itu sebelum masuk kuliah, sms teman dulu. Kalo ada kuis, masuk, kalo gak ada, ya gak masuk (ehem. sori2 ya saya mah anak rajin, kuliah masuk terus. kecuali sistem komunikasi op*** sama perancangan sistem base****)

3. Mahasiswa ITB itu kalo gak mandi gak ketauan

4. Mahasiswa ITB itu mandinya 2 hari sekali. Yang mandinya sehari 2 kalii, berarti gak gaul. (saya biasanya 1 hari sekali haha)

5. Mahasiswa ITB itu kalo mau UTS jadi agresif

6. Mahasiswa ITB itu tidak takut dengan orang gila bernama Dona yang berkeliaran di kampus

7. Mahasiswa ITB itu sukanya cewe-cewe dari SITH ama SF (setuju SF cantik2!)

8. Mahasiswi ITB itu sukanya cowo-cowo dari FTTM ama FTMD (ehem. HME dong!)

9. Mahasiswa ITB itu sukanya maen game online. Yang gak maen, berarti gak gaul

10. Mahasiswa ITB itu paling suka arak-arakan pas wisudaan

11. Mahasiswa ITB itu ngerasa keren kalo pake jaket himpunan jurusan masing-masing (iya keren tapi panas dan males bawanya, berat)

12. Mahasiswa ITB itu kalo ulang tahun mesti diceburin ke intel (masa2 itu sudah berlalu)

Biasanya sebelum diceburin digesek dulu di pohon terdekat.
13. Mahasiswa ITB itu gak suka sama salah satu unit rektorat bernama K3L

14. Mahasiswa ITB itu kalo kuliah telat berarti baru bangun (kalo saya telatnya gara2 telat bangun mah ga bakal kuliah sama sekali, rumah jauh -_-)

15. Mahasiswa ITB itu kalo ngekos suka bawa kendaraan ke kampus yang bikin macet

16. Mahasiswa ITB yang gak ngekos biasanya anak baik-baik (YES! anak baik2!)

17. Mahasiswa ITB yang pulang malem-malem berarti baru beres praktikum, main di Sunken Court, atau beres rapat di himpunan/unit (atau ngerjain TUBES. MAMAM)

18. Mahasiswa ITB itu ampir gak pernah pake jaket almamater. (teronggok di lemari, lipetan paling bawah. baunya udah sampe bau kamper lemari saking gapernah dikeluarinnya)

19. Mahasiswa ITB itu gak bisa bawa motor ato mobil ke dalem kampus. Yang bisa berarti gahul!

20. Mahasiswa ITB itu “biasanya” nyontek kalo soal ujiannya PG (manaaaa adaaaa ujian PG)

21. Mahasiswa ITB itu kalo UTS, belajarnya H-2 atau H-1. Yang belajar kurang dari itu, berarti DEWA (ane sih ga sanggup bro belajar mepet2 banget, hidup serasa tidak tenang)

22. Mahasiswa ITB itu kalo pagi-pagi banyak antri di tempat fotokopian atau tempat ngeprint

23. Mahasiswa ITB yang baru naik tingkat 2 pasti nanya “kapan pelantikannya?” (etapisan)

24. Mahasiswa ITB yang non-himp pasti aktif di unit, kalo gak juga berarti Study Oriented banget

Jumat, 07 Maret 2014

Cantik

Orang bilang di Korea itu penampilan fisik sangat diprioritaskan. Well it's true. Di satu sisi itu baik. Sejauh mata memandang, people dress up very nicely, enak dipandang, dan seterusnya. Tapi tidak sedikit yang menurut saya kebablasan. I'm sure you know what I mean: plastic surgery.
 
Operasi plastik a.k.a oplas di Korea itu laris bak kacang goreng. Dimana-mana terpampang iklan oplas. Entah itu di brosur atau selebaran, di poster dan baligo, bahkan sampai billboard pun ada. Ini sebenarnya hasil dari silogisme sederhana: Di Korea, cantik itu penting. Operasi plastik bisa bikin cantik. Karena itu, orang Korea gemar melakukan operasi plastik.
 
Salah ngga sih oplas? Well. Buat saya salah. I think God had made every single one of us in the prettiest form possible. Jangan lupa Dia juga maha kreatif, karenanya kita nggak seragam, beda-beda warna kulit, warna rambut, bentuk mata, hidung, mulut, dan sebagainya. Buat saya sih oplas itu salah satu bentuk tidak bersyukur, sekaligus meragukan Tuhan. Seakan-akan bilang gini "Woi Tuhan, kok lo nyiptain gue ga cantik gini sih? Yang cantik itu begini, begini, dan begini loh. Tapi ga masalah. Gue bisa kok jadi cantik. Kan ada oplas!"
 
Tapi ya karena motto saya 'lakum dinukum waliyadin', whatever you think is good for you then just do it, I won't give a damn.
 
Mungkin orang mikir, wah kalo ke Korea kan isinya orang ganteng-ganteng sama cantik-cantik doang, bisa minder parah dong di sana ntar, kebanting! Seriously doesn't happen to me. Funny thing is, I feel like winning in some particular way. Kok bisa? Seperti yang kita ketahui, orang sini ini naturally bermata sipit dan kebanyakan tanpa kelopak mata. Cewek-cewek terutama, setiap pagi dandan dulu pasang make-up pokoknya biar matanya keliatan lebih gede. Salah satu definisi cantik menurut mereka ternyata punya mata gede. Yang lebih all out ya yang tadi itu, oplas biar permanently punya mata gede dan kelopak mata. Mereka kudu keluar effort segitunya demi urusan mata, while all I need to do is just simply open my eyes and there they are! The so-called drop-dead-beautiful big eyes!
 
Lo menang di mata Ul, tapi mereka kan menang di kulit putih mulus sama bodi langsing SNSD genetically? Lah ya ga masalah. Kan saya bilang juga apa tadi, God had made every single one of us in the prettiest form possible. I just said I feel like winning in some way, there is no real winner or loser at all. My point is, adjektif 'cantik' itu sejatinya tidak bisa dibandingkan. Tidak seperti 'besar', 'kecil', 'tinggi', dan 'lebar'.  'Lebih besar', 'lebih kecil', 'lebih tinggi', dan 'lebih lebar' itu sih mutlak. Definisi yang seperti apa yang 'lebih cantik' itu cuma bualan media. Jadi, usaha yang kebablasan demi mengejar titel 'lebih cantik daripada orang lain' itu pointless.  
 
Just look at yourself on the mirror every morning and say to yourself: you're pretty. That's a good way to start the day, and to thank God for what He's given to you.
 
;)
 

Sabtu, 22 Februari 2014

Edisi Curhat: Ngombe

Saya nggak minum. Dalam ajaran agama saya, minum itu dilarang. I assume we are all know what I mean with minum here, right? Hehe.

Di Indonesia saya belum pernah lihat orang minum, karena kebetulan saya hampir selalu hidup di antara orang-orang yang bukan peminum. Lain halnya dengan disini. Di sini agama saya bukan mayoritas. Minum sama sekali tidak dilarang, malah jadi budaya dan sedikit banyak juga jadi bentuk sopan santun dan etiket dalam bergaul. Minum minuman beralkohol disini itu ibarat pesen es teh manis lah. Apapun makanannya, minumnya teh botol sosro bir atau soju. 

Kadang saya penasaran kenapa orang suka minum. Dalam satu kesempatan saya sempat tanya ke researcher di lab yang orang Rusia. Dari 9gag beberapa sumber website, saya tahu kalau orang Rusia punya stereotype heavy drinker di mata negara lain. Begitu saya tanya ke orang Rusia aseli nya, dia bilang, 'bisa iya, bisa enggak'. Kamsudnya? Ya dia bilang, orang Rusia mungkin banyak minum, tapi bukan berarti semuanya hobi atau addicted, melainkan mereka butuh minum. Di Rusia sono dinginnya naudzubillah. Alkohol mereka butuhkan buat menghangatkan tubuh mereka. So they drink. Much. Begitu.

Bagaimana dengan orang sini? Kan nggak dingin-dingin amat yak. Winter juga cuma 3 bulan setaun kan. Jadi, minum di sini itu kayaknya sih udah tradisi, entah sejak kapan. Ada acara makan bareng, minum. Ada kumpul-kumpul, minum. Celebration, minum. Sebenernya nggak cuma di sini sih ya. Di banyak negara lain juga begitu. Minum kata mereka bisa melepas stres dan beban hidup harian. Temen lab saya sendiri pernah bilang, cara termudah untuk relaxing setelah stres dengan kerjaan adalah minum. So it helps them to get away from stress and help them regain their focus to continue their works. Sounds good and advantageous.

Tapi kemarin-kemarin saya untuk pertama kalinya menyaksikan dengan mata kepala sendiri efek paling umum dari minum yang kebablasan. Mabok. Bagaimanakah ciri-ciri orang mabok itu? Waktu itu saya nggak terlalu merhatiin perubahan tampang atau raut muka atau warna muka mereka yang mabok, entah ada perubahan atau tidak. Tapi perubahan #1 yang saya temukan adalah: volume suara membesar secara sangat signifikan. Mungkin pas mereka mabok, mereka jadi agak budek atau pendengaran agak bermasalah gitu kali ya, sehingga kalo ngomong dengan volume normal terasa kurang. Perubahan #2 adalah: completely losing their mind. Negara tempat saya berpijak ini negara penuh manner dan tata krama. Dimana cuma beda umur setahun saja pun harus bicara dengan panggilan hormat atau bahasa yang lebih formal. But when it comes to this condition, those manners are vanished in a blink of an eye. Mereka nggak peduli mau ke orang yang lebih tua atau bahkan dosen sekalipun, ngomong pake volume maksimal, bahkan sempat saya dengar ada yang bilang shut up ke orang yang mestinya diajak ngomong pake bahasa kromo inggil. Funny thing is, orang-orang yang lebih tua itu sepertinya membiarkan dan menganggap itu lumrah, karena mereka sedang mabok, they were not sober so it was acceptable to behave like that. Man, that's sad.

Belum cukup menyedihkan, efek mabok ini bisa terasa sampe keesokan harinya. Istilahnya cukup kondang, I believe: hangover. Jadi ini kondisi dimana seseorang terbangun keesokan harinya setelah malam sebelumnya mabok. Dan si seseorang ini tidak ingat dengan jelas atau malah tidak ingat apa-apa sama sekali tentang apa yang terjadi semalam. So whatever inconsiderate things they might've done the night before, they don't remember, and still it would be acceptable since they're not sober. Masih belum cukup menyedihkan lagi, bagi yang fisiknya nggak cukup kuat, bisa muntah-muntah, sakit kepala, dan merasakan kehausan yang amat sangat, gara-gara kebanyakan minum. Pemaparan di sini ini semua asli penuturan peminum. Yang masih tetap minum.

Look. At this point, I really feel lucky to be a Muslim. Dimana minum itu dilarang. So I don't have a chance to lose my dignity, lose my mind. Saya beneran jijik lihat orang mabok. Nggak peduli itu temen saya sendiri, saya jijik. Ya jijik aja gitu. Pokoknya jijik. But go on, fellas, drink, drink as much as you want. I don't give a damn. But when it comes to the consequences, well, I still won't give a damn, you deserve it. :D

Loh Ul kan mabok itu kalo minumnya kebanyakan? Yah, there will always be a possibility to get drunk as long as you still drink. Sekali lagi, saya benar-benar merasa beruntung, sangaaaat beruntung..

Senin, 10 Februari 2014

Edisi Liburan: Busan, Day Three

Kalo ditanya, apa yang paling menyenangkan dari liburan ke Busan kemarin, saya bakal jawab:
1. Anget! Jauh lebih anget daripada Seoul-Incheon yang naudzubillah dinginnya.
2. Kegiatan ngasih makan burung pagi-pagi di pinggir pantai.

Nah. Seperti yang sudah saya ceritain di dua postingan sebelumnya, motel tempat saya nginep di Busan itu cuma beberapa lemparan batu dari pantai Gwanganli. Setiap pagi di pantai itu banyak burung warna putih yang hang out di situ.

Menggemaskan.
Pas saya sampe di pantai, si burung-burung masih pada ngumpul di deket air laut. Keliatan nggak sih? Kecil banget soalnya itu di fotonya.
Hari pertama dan kedua, saya belum berkesempatan ngasih makan si burung-burung tersebut properly, maka di hari ketiga saya bangun lebih pagi dan segera cabs ke pantai setelah mampir minimarket beli snack udang. Saya duduk di undak-undakan kayu, dan mulai melempar si snack yang barusan saya beli. Lemparan pertama, salah satu burung terdekat dari saya langsung nengok. Sedetik kemudian doi kayak teriak gitu, kayaknya itu manggil temen-temennya. Benar saja, seketika puluhan burung putih yang tadinya bersantai di pinggir laut terbang ke arah saya, berebut snack yang saya lempar. Buat yang penakut pasti langsung freaked out, berasa diserang sama burung-burung, tapi pada dasarnya mereka cuma cuma berebut snack aja, nggak akan nyerang yang ngelempar. Berhubung saya sibuk ngasih makan, jadi nggak ambil foto deh. Hiks. Padahal menurut temen sekamar saya yang bule Irlandia, adegan saya ngasih makan burung waktu itu spektakuler banget, sampe saya dibilang 'bird lady'.

Kamis, 06 Februari 2014

Edisi Liburan: Busan, Day Two

Hari kedua. 

Saya bangun siang berhubung sedang tidak ada kewajiban solat Subuh. Mandi, siap-siap, 9.30 kumpul di depan motel. Hari ini tur resmi dimulai! Rombongan dipecah ke beberapa taksi menuju destinasi wisata pertama: Haedong Yonggungsa. Kalo gugling sekilas sebelum berangkat sih, ini kuil yang letaknya di tepi laut. Lumrahnya di Kroya yang namanya kuil itu di bukit atau di dataran tinggi gitu, tapi yang satu ini nyeleneh. Walau demikian, justru itu yang bikin kuil ini tenar. Unik, sekaligus menghadiahi pemandangan yang worth seeing.

Setelah beberapa lama duduk manis di taksi, kami diturunkan di semacam areal parkiran tempat wisata gitu. Dalam jarak pandang saya belum keliatan bangunan kuil sama sekali. Ya semacam Prambanan atau Borobudur gitu sih, jadi depan itu tempatnya parkiran dan stand jualan street food dan souvenir. Kita mesti jalan dulu menembus aral melintang yang cukup menggoda kantong dan menggoda perut itu tadi, baru deh nyampe ke wahana utamanya.

Rame sama orang jualan.
Jualan souvenir: lonceng, gantungan-gantungan gitu, miniatur. Banyak banget yang bentuknya babi. Kata temen yang orang sini, babi itu melambangkan keberuntungan. Okey.
Yang di sini souvenir nya lebih unyu lagi, nggak cuma babi soalnya. Ada kelinci, burung, ayam, dll.
Setelah lirik-lirik souvenir kanan kiri, akhirnya kedai-kedai jualan berganti dengan patung-patung. Tandanya sudah mulai dekat dengan kuil yang kami tuju. Di sebelah kiri ada patung-patung yang melambangkan shio. Beberapa pengunjung terlihat berdoa di depan si patung-patung itu tadi. Pengunjung lainnya foto-foto dengan background shionya masing-masing. Sebelah kanan juga ada patung-patung yang entah patung apa. Nggak ada yang berdoa disitu berarti cuma penggembira aja kali ya, haha.